Sabtu, 19 September 2015

Malam-malam Manja




   Gubahan PujaSenja
Di suatu malam gelagat ia datangi aku
Lewat suara-suaranya, jadikan satu kenangan
Malam-malam berikutnya, malam masih
Bertemankan kabut, di sebuah penjara putih aku
Duduk ditemani suaranya, dalam persembunyian
Gelap, aku lantunkan, ia lantunkan
Suara perak keemasan, Stinky penuh harap
Mungkinkah kita kan slalu bersama
Dalam jarak yang pisahkan
Satu malam ia bicara, tanyakan arti seorang wanita
Ku jelaskan wanita, juga seorang pria.
Satu malam ia tanyakan arti anata. Kamu jawabku
Tanya ia pula watashi. Aku jawabku.
Tanya ia woaini. Aku sendiri tak tahu
Ucapnya PR dari seorang laki-laki. Bukan
Guru, aku cemburu! Cemburu? Pantaskah?
Berulang ia tanyakan. Aku masih jadi abangnya kah?
Ku jawab masih, menutupi kecemburuan ini.
Ku balas tak cemburu, suruh ia tuk tidak cemburu
Aku abangnya. Dia adikku. Adotive  family kataku
Untuk seorang adik yang icak-icak
Dalam hati ku berdoa dia kelak jadi keluarga intiku
Dia kan jadi dokter, teruntuk anakku bila sakit
Kan jadi guru satu anakku yang baru belajar
Tutuplah kata pada pertiga malam Minggu
Berharap ia  impian diatas impian apa yang ia ucap, yang aku ucap
Ter-ijabah dan catatlah oleh malikat
Ku ingin hidup pada dua puluh tahun ke depan
Menatap ia, pada jas putih (Dokter)nya
Menyandang tittle Dokter juga ustadzah
Impiannya
Aku juga. Entahlah
Mau apa aku?
Doakan saja akan disampingnya
*Tooth… tooth..tooth (Telepon terputus)
(PA ‘Aisyiyah, 190915)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar