Maka, hidup ini adalah sebab-akibat yang terus berjalan tanpa putus. Antara satu dengan yang lainnya akan terhubung. bisa jadi yang satu sebagai sebab, dan yang satu lagi sebagai akibat. Dan semua akan silih bergantian menjadi sebab dan akibat. Ada saatnya kia menjadi sebab seseorang, bisa juga suatu saat kita menjadi akibat dari seseorang.
Mengapa Aku bisa dekat denganmu? Untuk apa? Bukankah suatu yang sia-sia saat dekat dengan orang yang belum tentu baik sebenarnya? Apakah, kita akan berbaik selamanya?
Semua tak lain adalah sebab-akibat. Aku mengenal Jejaring sosial ini adalah sebab ingin menuliskan coretan tiada arti bagi banyak orang. Namun juga berarti bagi tidak sedikit orang. Akibatnya apa? Engkau pun rajin membaca tulisanku. Apakah kau suka? Jawabannya ada pada dirimu.
Retoris mungkin untuk ditanyakan apakah engkau suka atau tidaknya. sebab jawabannya ada pada tanda "Like" yang kau tinggalkan di setiap tulisanku.
Lalu, berceritalah engkau tentang bungamu yang tak lagi mekar. Sebab apa? Katamu sebab kumbang yang dinanti telah menelangsa pada tangkai yang lain. Maka akibatnya, Aku hadir tuk kepakkan sayap menghampirimu, menunggu mekarmu. Mungkin engkau takut dikecewakan lagi. Maka, aku yakinkan engkau untuk akan diriku.
Kumbang yang pergi bersamamu menyebabkan engkau tak kembang dan mekar. Maka akibatnya ialah membuatku semangat untuk memekarkanmu. Sungguh. Kita sama-sama tidak menyesali masa lalu sekarang. Sehebat apapun masa lalu, sejatinya masa lalu tidak akan pernah menang dibanding hari ini. Apalagi masa depan.
Maka, masa lalu adalah sebab dan hari ini beserta masa depan adalah akibatnya. Engkau, aku, mereka. Semua melangkah akibatnya.
(Seusai membaca kembali Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah dan sebait Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya D. Tere Liye)
....
#PujaSenja
Mengapa Aku bisa dekat denganmu? Untuk apa? Bukankah suatu yang sia-sia saat dekat dengan orang yang belum tentu baik sebenarnya? Apakah, kita akan berbaik selamanya?
Semua tak lain adalah sebab-akibat. Aku mengenal Jejaring sosial ini adalah sebab ingin menuliskan coretan tiada arti bagi banyak orang. Namun juga berarti bagi tidak sedikit orang. Akibatnya apa? Engkau pun rajin membaca tulisanku. Apakah kau suka? Jawabannya ada pada dirimu.
Retoris mungkin untuk ditanyakan apakah engkau suka atau tidaknya. sebab jawabannya ada pada tanda "Like" yang kau tinggalkan di setiap tulisanku.
Lalu, berceritalah engkau tentang bungamu yang tak lagi mekar. Sebab apa? Katamu sebab kumbang yang dinanti telah menelangsa pada tangkai yang lain. Maka akibatnya, Aku hadir tuk kepakkan sayap menghampirimu, menunggu mekarmu. Mungkin engkau takut dikecewakan lagi. Maka, aku yakinkan engkau untuk akan diriku.
Kumbang yang pergi bersamamu menyebabkan engkau tak kembang dan mekar. Maka akibatnya ialah membuatku semangat untuk memekarkanmu. Sungguh. Kita sama-sama tidak menyesali masa lalu sekarang. Sehebat apapun masa lalu, sejatinya masa lalu tidak akan pernah menang dibanding hari ini. Apalagi masa depan.
Maka, masa lalu adalah sebab dan hari ini beserta masa depan adalah akibatnya. Engkau, aku, mereka. Semua melangkah akibatnya.
(Seusai membaca kembali Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah dan sebait Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya D. Tere Liye)
....
#PujaSenja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar