Sabtu, 21 November 2015

5 + 2 + 3 = 5 + 5 (Prinsip Hidup)

(PujaSenja, siswa MA KM Muhammadiyah Padangpanjang)
Jadi, tadi ceritanya saya duduk di sebuah kedai dengan seorang Pakpol (Pak Polisi). Ada banyak cerita dan saran yang ia berikan kepada saya. Salah satunya ialah mengenai tujuan hidup.
"Lima tambah dua tambah tiga berapa?" Pertanyaan pemula yang ia berikan. "Sepuluh!" Jawab saya yakin. Dalam hati saya mengejek. "Emang saya anak SD, apa? Ditanya kayak gituan."
"Lima tambah lima berapa?" Lanjut dia bertanya. Semakin kesal saya tetap bersabar menjawab. "Sepuluh." Dengan intonasi lebih keras.
"Apa kamu mengerti pertanyaan saya tadi?" Pakpol bertanya lagi. saya hanya menatap heran. Lantas dia tak berhenti bertanya
"Berapa macam saya bertanya?"
"Dua"
"Kamu menjawabnya?"
"Dua"
"Salah besar!" Gertaknya sedikit keras. apanya yanhg salah besar? bukankah tadi dia bertanya dua kali dan saya jawab juga dua kali.
"Saya memang bertanya dua macam. tapi kamu menjawabnya hanya satu. di sana kesalahan besarmu." Pakpol menjelaskan kembali. "Oh ia ya, ada betulnya si Pakpol nie." Ucap saya dalam hati sembari senyum malu. Tapi, apa sih maksud pertanyaan yang dua dengan jawaban satu itu? Saya menjadi bingung dan menatap heran Si Pakpol.
Rokok sebatang di tangannya sudah habis. Kopi telur yang di depan si pakpol belum habis seluruhnya. Masih tertinggal setengahnya. Saya kembali menulis beberapa Haiku dalam buku.
“Pertanyaan yang saya berikan jangan dianggap sepele, Boi.” Pakpol memecah hening yang tercipta beberapa menit. Kembali saya tatap Pakpol yang sudah bermain kembali dengan sebatang rokok baru.
“Semua itu adalah prinsip dan langkah hidup.” Ucapnya singkat. “Maksudnya, Pak?” barulah saya mulai bertanya. Tampaknya dia senang dengan Tanya itu. (Senyumnyalah yang menandakan)
“Sebagai contoh, Saya bekerja sebagai polisi. Tujuannya adalah mencari uang. Ibu anda bekerja di warung nasi, tujuannya juga mencari uang.” Di sana saya mulai sedikit mengerti. “Begitu juga anda serta anak-anak yang lain. Betapa banyak anak-anak seusia anda yang tidak tamat sekolah susah payah bekerja dengan otot mereka. Sementara anda enak-enaknya sekolah.” Jelas Pakpol yang membuat saya mengangguk-angguk. “ Anda sekolah untuk apa? Akhir-akhirnya bekerja, bukan?” Saya hanya mengangguk menunggu penjelasan selanjutnya. “Nah, betul kan? Anda sama saja dengan mereka. Tapi beda cara anda menjalaninya. Anda termasuk lima tambah dua tambah tiga. Ada beberapa langkah yang anda jalani untuk tujuan yang sama seperti mereka. Sementara mereka memilih langsung bekerja.” Pakpol kemudian diam dan menghabiskan secangkir kopinya. Tampaknya dia mendadak sekali meninggalkan saya. Saya masih belum puas dengan ceritanya. Tapi, terpaksa saya jelaskan sendiri bahwa manusia diciptakan dengan tujuan yang sama. Namun, punya langkah-langkah yang berbeda dalam mencapainya. Saya sendiri butuh pendidikan untuk mencapainya. Sementara mereka yang lain bagaimana?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar