Pernahkah
anda melihat seorang ibu berperut buncit? Istilahnya bisa dikatakan hamil. Apa
yang ada dalam perutnya tersebut? Apakah ada bom? Tentunya tidak. Tentunya ada
sesuatu yang berharga yang ia simpan dan siap untuk dimilikinya secara nyata
nantinya. Ya, ada satu cabang bayi yang ia rawat agar nanti dapat ia gendong,
susui, dan besarkan nantinya
Dalam
hal mendidik, perlu perlakuan sayang yang diberikan agar bisa terdidik dan
patuh. Namun adakalanya keras agar terbiasa keras dan disiplin. Seorang ibu,
butuh ketabahan dan kasih sayang pada saat mengandung seorang anak. Ia juga
kerap belajar tabah menghadapi sikap anaknya yang lahir kelak.
Saat
ditanyakan lahirnya seorang anak. Pasti akan terjawab dari ibunya. Lalu, dulu ibunya
apakah lahir sendiri? Tentu tidak! Seorang ibu dulunya juga menjadi anak dari
seorang wanita yang ia panggil ibu pula. Begitu seterusnya hingga Adam dan
Hawa. Kerap ada anak yang lahir tak kenal ibunya. Mungkin sebab karena dibuang.
Mungkin juga karena terpisah akibat sebuah bencana.
Apa
saja yang dibutuhkan dalam mendidik anak? Tentunya hal utamanya ialah sikap
siap, rasa sayang dan cinta dan pengorbanan. Jika tidak mau berkorban, tak
mungkin seorang anak akan terlahir ke dunia ini. Jika tidak dengan pengorbanan,
pasti seorang ibu akan menggugurkan kandungannya karena tak tahan membawa perut
buncit kian kemari.
Nah,
saudara sekalian, cuplikan sekilas di atas hendaknya bisa tergambar bukan. Kini
saya akan coba hubungkan semua itu pada proses kreatif menulis. Indonesia punya
penulis-penulis terkenal diantaranya Taufiq Ismail, Buya Hamka, hingga
AndreaHirata, Ahmad Fuadi, dan sederetan lainnya. Mereka adalah penulis yang
tidak asing lagi didengar telinga kita ini.
Tahukah
Anda? “Seorang anak dilahirkan oleh seorang ibu yang dulunya juga kerap menjadi
anak dari wanita yang juga dipanggilnya ibu.” Begitu juga seorang penulis.
“Penulis hebat itu lahir karena dia juga membaca buku-buku dari penulis
terkenal yang juga membaca buku pada mulanya.” Jadi, jangan pernah mengeluh
saat Anda tidak dapat ide dalam menulis. Mungkin, Anda belum membaca hari ini.
Jika belum membaca buku, berarti belum mencari ide. Simpel kan?
Lalu,
bagaimanakah seorang anak bisa tumbuh besar dan sehat? Serta, anak itu juga
dapat pendidikan yang tinggi dan layak. Apakah mereka bisa sendiri berjalan
dari lahir? Tentunya tidak. Butuh pengorbanan dari seorang ibu untuk
membesarkan anaknya. Dari mengandung, melahirkan, menyusui, hingga membesarkan
dan mendidiknya. Nah, begitulah penulis. Jika Anda
menjadi penulis, berarti Anda adalah seorang ibu yang akan melahirkan anak
nantinya.
Kapan
Anda mengandunginya? Yaitu saat Anda merangkum ide yang akan Anda tulis. Kapan Anda
melahirkan dan menyusui? Ya, saat ide itu Anda tuliskan pada secarik kertas.
Kapan pula Anda menjadi pendidik bagi anak? Yaitu, ketika Anda mencoba
merapikan, memperbaiki kata demi kata dalam tulisan itu. Anda termasuk dalam
orangtua yang mengantarkan anaknya pada bangku pendidikan saat tulisan yang ditulis
telah diberikan dandinilai dan diedit pada mereka yang profesional dalam dunia
menulis. Tentunya disitu tulisan Anda ditempa untuk menjadi tulisan yang bagus.
Nah,
saat anak sudah besar, itu sama seperti tulisan Anda sudah bisa diberikan pada
publik untuk dibaca. Jika terjadi komplen, Anda tentunya mencoba dengarkan
komplen itu jika Anda sayang pada tulisan itu, pastinya anda perhatikan
komentar tersebut. Jika komentarnya baik, pastinya Anda akan coba perbaiki
tulisan itu. seperti seorang ibu yang memarahi anaknya yang meresahkan
masyarakat.Jika tidak masuk akal komentar publik tersebut, Anda harus
pertahankan tulisan itu dengan benar dan cari sisi yang tak disukai mereka.
Nah,
pertanyaannya. Sampai di manakah sikap Anda pada tulisan anda sekarang ini.
Apakah sudah sampai pada tahap mendidik dan membesarkannya? Apakah Anda sudah
mendewasakan tulisan Anda? atau baru mengandung, melahirkan, menyusuinya.? Atau
sudah sampai pada mengantarkannya pada bangku pendidikan?
Syarat
utamanya, percaya dirilah dalam mendidik anak. Jangan biarkan anak yang anda
kandung nanti keguguran. Jangan pula anak yang sudah terlahir menjadi terlantar
dan tidak mendapat pendidikan yang benar. Semoga saduran ini dapat meningkatkan
kualitas tulisan Anda.
Salam Menulis
dari “Muhammad David” siswa MA KM Muhammadiyah
PadangpanjangJ