Sabtu, 21 Februari 2015

Penulis dan Tulisan = Ibu dan Anak




Pernahkah anda melihat seorang ibu berperut buncit? Istilahnya bisa dikatakan hamil. Apa yang ada dalam perutnya tersebut? Apakah ada bom? Tentunya tidak. Tentunya ada sesuatu yang berharga yang ia simpan dan siap untuk dimilikinya secara nyata nantinya. Ya, ada satu cabang bayi yang ia rawat agar nanti dapat ia gendong, susui, dan besarkan nantinya
Dalam hal mendidik, perlu perlakuan sayang yang diberikan agar bisa terdidik dan patuh. Namun adakalanya keras agar terbiasa keras dan disiplin. Seorang ibu, butuh ketabahan dan kasih sayang pada saat mengandung seorang anak. Ia juga kerap belajar tabah menghadapi sikap anaknya yang lahir kelak.
Saat ditanyakan lahirnya seorang anak. Pasti akan terjawab dari ibunya. Lalu, dulu ibunya apakah lahir sendiri? Tentu tidak! Seorang ibu dulunya juga menjadi anak dari seorang wanita yang ia panggil ibu pula. Begitu seterusnya hingga Adam dan Hawa. Kerap ada anak yang lahir tak kenal ibunya. Mungkin sebab karena dibuang. Mungkin juga karena terpisah akibat sebuah bencana.
Apa saja yang dibutuhkan dalam mendidik anak? Tentunya hal utamanya ialah sikap siap, rasa sayang dan cinta dan pengorbanan. Jika tidak mau berkorban, tak mungkin seorang anak akan terlahir ke dunia ini. Jika tidak dengan pengorbanan, pasti seorang ibu akan menggugurkan kandungannya karena tak tahan membawa perut buncit kian kemari.
Nah, saudara sekalian, cuplikan sekilas di atas hendaknya bisa tergambar bukan. Kini saya akan coba hubungkan semua itu pada proses kreatif menulis. Indonesia punya penulis-penulis terkenal diantaranya Taufiq Ismail, Buya Hamka, hingga AndreaHirata, Ahmad Fuadi, dan sederetan lainnya. Mereka adalah penulis yang tidak asing lagi didengar telinga kita ini.
Tahukah Anda? “Seorang anak dilahirkan oleh seorang ibu yang dulunya juga kerap menjadi anak dari wanita yang juga dipanggilnya ibu.” Begitu juga seorang penulis. “Penulis hebat itu lahir karena dia juga membaca buku-buku dari penulis terkenal yang juga membaca buku pada mulanya.” Jadi, jangan pernah mengeluh saat Anda tidak dapat ide dalam menulis. Mungkin, Anda belum membaca hari ini. Jika belum membaca buku, berarti belum mencari ide. Simpel kan?
Lalu, bagaimanakah seorang anak bisa tumbuh besar dan sehat? Serta, anak itu juga dapat pendidikan yang tinggi dan layak. Apakah mereka bisa sendiri berjalan dari lahir? Tentunya tidak. Butuh pengorbanan dari seorang ibu untuk membesarkan anaknya. Dari mengandung, melahirkan, menyusui, hingga membesarkan dan mendidiknya. Nah, begitulah penulis. Jika Anda menjadi penulis, berarti Anda adalah seorang ibu yang akan melahirkan anak nantinya.
Kapan Anda mengandunginya? Yaitu saat Anda merangkum ide yang akan Anda tulis. Kapan Anda melahirkan dan menyusui? Ya, saat ide itu Anda tuliskan pada secarik kertas. Kapan pula Anda menjadi pendidik bagi anak? Yaitu, ketika Anda mencoba merapikan, memperbaiki kata demi kata dalam tulisan itu. Anda termasuk dalam orangtua yang mengantarkan anaknya pada bangku pendidikan saat tulisan yang ditulis telah diberikan dandinilai dan diedit pada mereka yang profesional dalam dunia menulis. Tentunya disitu tulisan Anda ditempa untuk menjadi tulisan yang bagus.
Nah, saat anak sudah besar, itu sama seperti tulisan Anda sudah bisa diberikan pada publik untuk dibaca. Jika terjadi komplen, Anda tentunya mencoba dengarkan komplen itu jika Anda sayang pada tulisan itu, pastinya anda perhatikan komentar tersebut. Jika komentarnya baik, pastinya Anda akan coba perbaiki tulisan itu. seperti seorang ibu yang memarahi anaknya yang meresahkan masyarakat.Jika tidak masuk akal komentar publik tersebut, Anda harus pertahankan tulisan itu dengan benar dan cari sisi yang tak disukai mereka.
Nah, pertanyaannya. Sampai di manakah sikap Anda pada tulisan anda sekarang ini. Apakah sudah sampai pada tahap mendidik dan membesarkannya? Apakah Anda sudah mendewasakan tulisan Anda? atau baru mengandung, melahirkan, menyusuinya.? Atau sudah sampai pada mengantarkannya pada bangku pendidikan?
Syarat utamanya, percaya dirilah dalam mendidik anak. Jangan biarkan anak yang anda kandung nanti keguguran. Jangan pula anak yang sudah terlahir menjadi terlantar dan tidak mendapat pendidikan yang benar. Semoga saduran ini dapat meningkatkan kualitas tulisan Anda.
Salam Menulis dari “Muhammad David” siswa MA KM Muhammadiyah PadangpanjangJ

Selasa, 17 Februari 2015

Padanya Surga




Oleh Muhammad David,
Padangpanjang, Sumatra Barat
Kilauan indah dari laut biru
Hantarkan pesona hijau gunung dan bukit
Tanah air tanah yang subur
Tuju pada hutan lebat akan pohon
Di manakah akan ku temui, jika tidak disini
Dimanakah akan ku resapi, jika bukan di Indonesia
Tanahku, tanah surga
Liku jalan berbelok pada desa
Hantarkan pada panorama indah danau Maninjau
Disini aku bangga.
Pendakian tinggi, curam turunan, pada Singgalang.
Pada rinainya aku rindukan.
Aku temuakan panorama indah di jiwa dan mata.
Surgaku, entah dimana ka nada gantinya
Di dunia fana ini.
Ku temukan surga pada dunia ini
Pada Tanah air, Indonesia
:) 
Aie Angek. Rumah puisi taufiq Ismail, 6 Februari 2015

Sabtu, 14 Februari 2015

Aku, Engkau, Dia



Aku, Engkau, Dia
Aku antara engkau dan dia
Engkau antara aku dan dia
Aku tak mungkin dapatkan engkau
Engkau tak mungkin di sisiku
Aku bukan siapa-siapa
Engkau pujaanku, yang hanya ‘tuk dipuja
Aku tak bisa kalahkan dia
Engkau pantas untuknya
Aku, layak tuk kau lupakan.
Lokal XI IPS, 25 Januari 2015

Ku Rangkai




Kembali ku tulis cerita itu
Untuk dia yang tak lagi ku harapkan
Rasa ini kembali hadir di antara sepi dan ramai
Aku mengingat kembali masa lalu
Namun tidak aku harap dia terjadi
Gempar hati ini saat semua De Javu
Kini ku bertanya-tanya
Akankah cerita itu dia ingat
Ingatkah dia, bahawa aku dan dia ada dalam satu cerita
PA Aisyiyah, 25 Januari 2015

Pada Senja



Pada Senja
Ku jalan ke pantai, nikmati sunset nan indah
Ku lari lagi pada kampungku, nikmati rengek kerbau pulang kerja
Saksikan alunan indah tarian bebek pulang petang
Pada senja, semua ku cerita
Ku coba tersenyum pada seruling anak desa
Di atas pundak si hitam oek, oek.
Pada senja semua cerita
Pada senja semua tersenyum
Melodi, memori akan tersimpan pada senja
Senja pada awan merah. Senja pada ufuk barat
Nan indah dipandang.
Senja, berbagi cerita, senja nan indah
Senja tinggalkan indah, tuk sementara
Malam datang bercerita, pada indah nan berbeda.
Senja, awal perpisahan, akhir pertemuan.
Sementara.
PA ‘Aisyiyah, 10 Februari 2015 (11.49 PM)